Mahasiswa KKN Undip Berdayakan Ibu-Ibu PKK Desa Mangunsari: Diversifikasi Olahan Cabai Jadi Sumber Pendapatan Baru

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro 2024 memberikan penyuluhan pengolahan cabai menjadi produk olahan. Langkah ini bertujuan untuk mengatasi masalah fluktuasi harga cabai dan meningkatkan nilai tambah komoditas unggulan desa Mangunsari.

MANGUNSARI (13/08) – Desa Mangunsari, yang dikenal sebagai sentra produksi cabai, kerap menghadapi permasalahan fluktuasi harga yang merugikan petani. Menanggapi hal ini, mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro 2024 yang terdiri dari sembilan orang pada tanggal 13 Agustus 2024, berinisiatif untuk memberikan penyuluhan kepada Ibu-Ibu PKK di Dusun Sobahan, Desa Mangunsari. Penyuluhan ini diadakan di rumah Ibu Kurniyati, seorang kader PKK setempat, pada saat berlangsungnya Rapat Rutin Dawis. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 20 orang, yang sebagian besar adalah ibu-ibu PKK yang bermata pencaharian sebagai Petani Cabai.

 

Gabriel Valerion atau sering disapa Leri, mahasiswa dari program studi Ekonomi, yang juga merupakan Ketua Tim KKN, memulai penyuluhan dengan menjelaskan potensi besar yang dimiliki oleh cabai sebagai komoditas unggulan Desa Mangunsari. Leri menjelaskan bahwa selama ini, petani hanya mengandalkan penjualan cabai segar di pasar, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga.

"Ketika harga cabai turun, pendapatan petani juga turun drastis, bahkan bisa mengalami kerugian karena biaya produksi yang tidak tertutup," jelas Leri.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Leri dan timnya memperkenalkan konsep diversifikasi produk olahan cabai. Produk olahan cabai, seperti sambal, pasta cabai, atau cabai kering, memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan cabai segar. Selain itu, produk olahan ini juga memiliki umur simpan yang lebih lama, sehingga petani dan pelaku usaha di desa tidak perlu terburu-buru menjual produk mereka di saat harga sedang rendah.

"Lombok Setan dan Keriting memiliki cita rasa yang khas dan sangat diminati. Namun, selama ini petani hanya menjual cabai dalam bentuk segar. Padahal, potensi pasar untuk produk olahan cabai sangat besar," ujar Leri, ketua tim KKN Desa Mangunsari.

"Kami melihat potensi besar dari komoditas cabai di Desa Mangunsari. Namun, nilai tambah yang diperoleh petani masih rendah karena ketergantungan pada pasar segar," ujar Syamsul Huda, salah satu anggota tim.

Melalui penyuluhan yang diberikan, Ibu-Ibu PKK diajarkan berbagai teknik pengolahan cabai, mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga pengemasan. Beberapa produk olahan yang didemonstrasikan antara lain sambal kemasan dan sambal. Selama sesi penyuluhan, Diva Martha, salah satu mahasiswa KKN, menjelaskan secara rinci tentang cara mengolah cabai menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah dan diskusi interaktif. Para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi tentang proses pengolahan, mulai dari pemilihan bahan baku, teknik pengolahan, hingga cara pengemasan yang baik dan menarik.

"Kami tidak hanya mengajarkan cara membuat produk olahan, tetapi juga memberikan pengetahuan tentang standar keamanan pangan dan teknik pemasaran," tambah Fabrella Natalia, mahasiswa KKN lainnya.

Selain penyuluhan terkait proses produksi, mahasiswa KKN juga memberikan pendampingan dalam hal pengemasan, branding, dan pemasaran produk. Ibu-Ibu PKK diajarkan pentingnya menjaga kualitas produk, membuat kemasan yang menarik, dan membangun merek produk yang kuat.

 

Mahasiswa KKN memberikan solusi dengan menjelaskan pentingnya strategi pemasaran yang baik dan mengusulkan agar produk olahan cabai dikemas dengan lebih menarik dan dilengkapi dengan label yang mencantumkan informasi produk serta nomor kontak untuk pemesanan. Selain itu, Mahasiswa KKN juga mendorong para ibu-ibu PKK untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi yang efektif dan murah.

"Pemasaran digital bisa menjadi solusi bagi ibu-ibu yang kesulitan memasarkan produk secara langsung. Dengan media sosial, jangkauan pasar bisa lebih luas, bahkan hingga ke luar daerah," tambah Irma Hidayanti, salah satu mahasiswa KKN.

Untuk memperluas pasar, mahasiswa KKN membantu mencari informasiuntuk mempromosikan produk olahan cabai hasil karya warga. Produk-produk ini telah berhasil menembus pasar lokal melalui gelaran-gelaran seperti Expo Program Unggulan KKN Tim II UNDIP 2024 Kabupaten Temanggung di Tegalroso, Parakan dan Expo UMKM Gelar Ngadirejonan di Kantor Kecamatan Ngadirejo.

 

Selama penyuluhan, Khansa, salah satu anggota tim KKN, juga memberikan pemaparan mengenai peta potensi kebun cabai di Desa Mangunsari. Khansa menjelaskan bahwa dengan memahami peta potensi ini, para petani dapat lebih mudah mengidentifikasi area yang memiliki produktivitas tinggi dan merencanakan strategi penanaman yang lebih efektif. Pemaparan ini juga bertujuan untuk membantu petani dalam mengoptimalkan hasil panen dan meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan lahan.

 

Dengan adanya program ini, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Mangunsari. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah komoditas cabai, sehingga dapat bersaing di pasar yang lebih luas.

 

Program pemberdayaan petani melalui pengolahan cabai yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Universitas Diponegoro ini merupakan contoh nyata dari pengabdian masyarakat. Diharapkan program serupa dapat terus dilakukan di desa-desa lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada komoditas tunggal.

 

Penulis: Gabriel Valerion Lengkong (Mahasiswa Ekonomi FEB UNDIP 2021, Ketua Tim KKN UNDIP Desa Mangunsari 2024)


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat